Minggu, 14 September 2014

Aku Memutuskan Untuk Mencinta

Aku memutuskan untuk mencinta...

Mungkin tak bisa di sandingkan dengan cinta seorang Rasulullah kepada sahabatnya, yang sering kita dengar kisahnya di setiap majelis-majelis yang kita datangi, atau di setiap koleksi buku Islami yang tak luput kita baca setiap harinya.

Sungguh, aku pun masih belajar untuk memahami, bagaimana cara kerja cinta itu. Iya, kerja, karena yang ku tahu cinta bukanlah kata sifat, tapi kata kerja.

Terima kasih untuk cinta, karenanya banyak hal yang buruk yang ada padaku kini berangsur membaik. Bukan hanya diriku, bersamamu pun aku rasakan yang lebih baik lagi.

Sering kali ku menemukan hal yang membuatku cemburu akan dirimu. Tidak hanya sering, tapi juga banyak. Yang kini, hanya bisa ku rahasiakan, karena kebodohan dan ketakutanku saja, tak ingin dirimu luput dariku, meski dalam hitungan detik saja.

Maafkan aku yang mungkin salah mengartikan cinta. Yang terlalu banyak menuntutmu ini dan itu. Atau mungkin memang salah sedari awalnya. Tapi apakah salah, jika ku inginkan dirimu seutuhnya? Karena diriku pun memberikanmu seluruhnya yang ada padaku. Halah, mungkin hanya diriku yang terlalu berlebihan. Meminjamkan sepatu saja, serasa memberikan segalanya kepadamu.

Ah, sudahlah, ku pikir, memang kita berbeda dalam menilai cara kerja cinta. Aku yang sebegininya kepadamu, masih terlalu biasa untukmu untuk bisa dikatakan sebagai bukti cinta.

Aku memutuskan untuk mencinta, dan tak hanya sekedar memutuskan, karena cinta adalah kata kerja. Yang tak mungkin di pungkiri, seiring munculnya perubahan, karena mereka bergerak, entah ke arah yang baik atau yang buruk. Aku yang memilih, dan aku yang memutuskan. :))


Tidak ada komentar:

Posting Komentar